Jumat, 23 Agustus 2013

Sejarah Kemahasiswaan ITB


Era Kolonial Belanda dan Jepang
Terbentuk organisasi kemahasiswaan tertua di Bandung yaitu Bandoeng Studenten Corps (BSC). Pada masa ini, mahasiswa pribumi yang bersekolah di Technische Hoogeshcule te Bandoeng (TH Bandoeng) sudah merasakan perbedaan budaya dengan teman2nya yang berasal dari Belanda dan mahasiswa2 pribumi ini kemudian membentuk perkumpulan sendiri yaitu Indonesische Student Vereniging (ISV) yang terpisah dari organisasi mahasiswa resmi saat itu yang didominasi oleh tuan-tuan Belanda. Perkumpulan ini menyelenggarakan diskusi-diskusi mengenai ilmu teknik, politik, mengadakan kegiatan olahraga, bermain catur dan tak ketinggalan berdarmawisata.
Soekarno (presiden RI pertama) terdaftar sebagai mahasiswa mulai tahun 1921, tapi dua bulan kemudian meninggalkan kuliah untuk bersatu dalam perjuangan bangsanya. Baru tahun 1922 ia mendaftar kembali dan lulus tahun 1926.
TH Bandoeng sempat berganti nama di era kolonial Jepang menjadi Institute Of Tropical Sciences (1942) dan Bandung Kogyo Daigaku (1944)
Era Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan, Bandung Kogyo Daigaku dibuka kembali dengan nama Sekolah Tinggi Teknik Bandung (STT Bandung). Terbentuk Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Bandung. Suasana revolusi menyebabkan kampus STT Bandung mempunyai multifungsi. Gejolak bangsa saat itu membuat STT Bandung merupakan kesatuan dari potensi SDM, ilmu dan teknologi, laboratorium dan peralatan yang semuanya dikerahkan untuk perjuangan kemerdekaan. Bulan Oktober 1945 didepan anggota KNIP, dicetuskan ikrar bersama mahasiswa yang menyatakan tekad mahasiswa Indonesia untuk tidak sudi kembali ke kampus selama kemerdekaan penuh bangsa Indonesia belum tercapai.
STT Bandung kemudian pindah ke Yogyakarta untuk kemudian bergabung dengan beberapaa akademi dan sekolah tinggi membentuk Universitas Gadjah Mada
Era1950an
Pada masa ini, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Bandung masih dalam naunngan Universitas Indonesia. Saat itu terbentuklah Dewan Mahasiswa UI Bandung yang beranggotakan himpunan-himpunan mahasiswa teknik. Pada tahun 1955, lahirlah Dewan Mahasiswa UI yang diketuai oleh Emil Salim yang kemudian menggabungkan DM UI Bandung yang terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas Teknik dan FIPIA.
1957 Deklarasi pembentukan Majelis Mahasiswa Indonesia (MMI) di Aula Barat sebagai wadah organisasi intra universitas seluruh Indonesia
2 Maret 1959 Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dipisahkan dari Universitas Indonesia menjadi Institut Teknologi Bandung.
2 November 1960, berdasarkan persetujuan Senat Mahasiswa Departemen Ilmu Teknik, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, serta Ilmu Kimia dan Ilmu Hayati, terbentuklah Dewan Mahasiswa ITB yang diketuai oleh Piet Corputty. Dewan Mahasiswa terdiri dari Sidang Dewan (Legislatif) dan Badan Pengurus (Eksekutif). DM ITB saat itu lebih mengutamakan konsolidasi organisasi. Namun karena adanya perjuangan membebaskan Irian Barat, maka DM ITB mendukung penuh seruan tersebut dengan ikut serta mengirimkan sukarelawan. Advokasi mahasiswa untuk menolak penggabungan ITB ke Universitas Padjajaran yang baru berdiri.
1963 Pada kerusuhan 10 Mei 1963 yang berbau rasial, tokoh mahasiswa Muslimin Nasution. Uniknya walaupun dalam tahanan, Muslimin terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB. Konfrontasi antara DM ITB dengan CGMI-GMNI yang berporos Nasakom. Saat itu DM ITB dijuluki ‘The Last Stronghold’ oleh masyarakat anti-komunis.
1964 Pembangunan Masjid Salman dimulai. Pada Kongres MMI ke-IV di Malino, Sulsel, DM ITB dikeluarkan dan terkucil dari pergaulan antar DM. Terjadi kericuhan saat MAPRAM 1965.
1965 Peristiwa Gerakan 30 September, DM ITB dibawah pimpinan Rachmat Witoelar menyatakan mengutuk peristiwa tersebut. Terbentuk KAMI Bandung yang tidak hanya beranggotakan organisasis ekstra kampus, namun juga organisasi intra kampus. Terbentuk juga Komite Aksi Pembersihan ITB (KAPI), yang bertujuan membersihkan ITB dari pengaruh komunis.
1966 Perjuangan menegakkan Tritura. Pada bulan Februari 1966, KAMI Bandung dipelopori DM ITB mengirim 200 mahasiswa untuk membantu mahasiswa Jakarta yang terdesak akibat terbunuhnya Arief Rahman Hakim. Dipimpin tokoh-tokoh seperti Rudianto Ramelan, Muslimin Nasution, Arifin Panigoro, dan Fred Hehuat, KAMI Bandung melancarkan serangan-serangan ke obyek-obyek vital seperti Deplu RI, Kedubes dan Konsulat RRC.
Perjuangan Tritura menghasilkan pemerintahan baru yang lazim disebut ‘Orde Baru’. DM ITB memberikan gelar Pahlawan Ampera kepada Fred Hehuat (Geologi) dan Pasma Situmorang (Mesin) yang aktif berjuang menegakkan Tritura.
DM ITB tidak hanya berdemonstrasi untuk menumbangkan rezim Orde Lama, saat terjadi bencana banjir di Solo, DM ITB mengirim delegasi Misi Ampera untuk membantu korban bencana.
Juni 1966 KM ITB terbentuk sebagai penyempurnaan dari DM ITB, terdiri dari MPM (legislatif), DM (eksekutif), dan BPM (perwakilan ekstra kampus)
1968 Pernyataan sikap menolak adanya wakil-wakil mahasiswa di DPR Gotong Royong karena mahasiswa tidak sepatutnya berpolitik praktis
1969 Advokasi kenaikan SPP mahasiswa.
1970 Dipelopori oleh Wimar Witoelar (Ketua Umum 1969-1970) dan Syarif Tando (Ketua Umum 1970-1971), DM ITB menyerukan slogan back to campus untuk kembali kemahasiswaan yang telah rusak akibat politik nasakom. Pendirian Student Center dimulai, Unit-Unit kegiatan bermunculan, DM ITB memelopori konsolidasi mahasiswa se-Asia Tenggara dalam pertemuan ASEAUS. DM ITB juga mengadakan pekan olahraga mahasiswa Ganesha Interversity Games. Gagalnya inisiasi National Union of Student of Indonesia dilanjutkan dengan berdirinya Badan Kerja Sama Dewan/Senat Mahasiswa se-Bandung (BKS DM/SM Bandung).
Usaha depolitisasi ini sebenarnya hampir berhasil, hanya saja pihak penguasa mulai menunjukkan gelagat korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Pada tanggal 6 Oktober 1970, terjadi insiden antara taruna Akpol dengan seorang mahasiswa bernama Rene Louis Conraad (EL’70) yang mengakibatkan tewasnya Rene. Insiden ini sebenarnya berawal dari tawuran antara taruna Akpol dengan mahasiswa ITB akibat kalah dalam pertandingan sepak bola. Karena peristiwa ini, saat upacara pemakaman Rene, DM ITB mengadakan demontrasi dengan massa sepanjang 7 Km untuk menuntut pengusutan para tersangka pengeroyokan.
1971 Protes DM ITB terhadap proyek Taman Mini Indonesia Indah.
1972 Protes DM ITB kepada Bulog yang dianggap tidak becus mengurusi pangan.
1973 Isu utang luar negeri yang tidak terkendali menjadi opini publik. Saat itu pengusaha Jepang dianggap Economic Animal oleh masyarakat Indonesia akibat modal mereka yang mencengkeram ekonomi nasional. Suatu pertemuan di bulan Desember 1973 di ITB yang dihadiri antara lain oleh Muslim Tampubolon (Ketua Umum DM ITB) Hariman Siregar (Ketua Umum DM UI) dan Adnan Buyung Nasution berhasil mengeluarkan sikap untuk menolak utang luar negeri.
1974 Pertemuan 35 DM se-Indonesia tanggal 11 Januari atas undangan Hariman Siregar untuk menemui Presiden Soeharto di Bina Graha. 4 hari kemudian pecahlah peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari) yang pada awalnya bertujuan mendemonstrasi PM Jepang Kakuei Tanaka malah berubah menjadi huru-hara besar.
Sementara itu mahasiswa Bandung berunjuk rasa di kampus UNPAD dengan membakar patung Soedjono Hoemardani, Aspri Presiden Soeharto. Saat itu mahasiswa Bandung mengeluarkan Tritura 1974 yang berbunyi: 1. Bubarkan Aspri, 2. Turunkan Harga, 3. Tolak Utang Luar Negeri.
1974-1976 Konsolidasi organisasi DM ITB.
1977 Gerakan anti kebodohan, adalah suatu konsep mendasar untuk mengentaskan pembodohan penguasa terhadap rakyat Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kemahasiswaan Indonesia, Ketua Umum DM dipilih dengan sistem one student one vote secara langsung, umum, bebas, dan rahasia.
28 Oktober 1977, DM se-Indonesia berkumpul di Bandung untuk menyatakan sikap menolak eksistensi Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Bersama pelajar Bandung, DM se-Indonesia mengadakan aksi demonstrasi keliling Bandung.
16 Januari 1978 Apel bersama 2000 mahasiswa ITB dipimpin Ketua Umum Heri Akhmadi menyatakan ‘Tidak Mempercayai dan Tidak Menginginkan Soeharto Kembali Sebagai Presiden Republik Indonesia!”. Penerbitan Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978. Pembuatan buku putih ini dimotori oleh Rizal Ramli, Ketua Dewan Mahasiswa. Penerbitan buku putih ini juga didukung beberapa intelektual kampus seperti Prof. Iskandar Alisjahbana (Rektor ITB) dan Prof. Slamet Iman Santoso (mantan Dekan Fakultas Psikologi UI).
21 Januari dan 9 Februari 1978 Kampus diserbu dua kali dan diduduki militer 6 bulan lamanya. Mahasiswa lama dikumpulkan di lapangan basket dan diusir, hanya mahasiswa angkatan ’78 yang boleh berkuliah. Terjadi penembakan gelap di rumah Rektor ITB Prof. Iskandar. Laksusda Jawa Barat memanggil Heri Akhmadi, Rizal Ramli, Indro Tjahjono, Al Hilal Hamdi, dan Ramles Manampang Silalahi untuk kemudian diadili dan dipenjara. Normalisasi Kehidupan Kampus diberlakukan, DM se-Indonesia dibubarkan, pemerintah mengajukan konsep SMPT (Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi) sebagai pengganti Dewan Mahasiswa, namun ditolak karena terlalu kuatnya intervensi pemerintah dan birokrasi kampus pada organisasi tersebut.
1979 Pembentukan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) sebagai organ operasional kebijakan NKK disikapi dengan penolakan mahasiswa ITB. Akibatnya lembaga ini tidak pernah jelas eksistensinya.
1979-1982 Tekanan kuat dari Rektorat untuk membubarkan DM dengan surat ancaman DO untuk setiap Ketua Umum terpilih. Buku Biru diterbitkan sebagai lanjutan penerbitan Buku Putih.
1982 Dipelopori oleh 22 Ketua Himpunan dan 44 Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa, Dewan Mahasiswa ITB akhirnya membubarkan diri, kaderisasi dan cita-cita DM dikembalikan ke himpunan masing-masing sebagai kantung gerakan. Suatu saat himpunan tersebut siap dipanggil untuk bersatu kembali. Forum Ketua Himpunan Jurusan (FKHJ) terbentuk sebagai wadah koordinasi gerakan antar himpunan jurusan dan Badan Koordinasi Unit Aktivitas (BKUA) terbentuk sebagai wadah koordinasi gerakan antar unit kegiatan. FKHJ dipimpin oleh Hendardi (Ketua HMS) dan Umar Juoro (Ketua HIMAFI). Pada masa ini juga muncul kelompok-kelompok studi mahasiswa.
1983 Demonstrasi menentang rally mobil yang mewabah saat itu, karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi bangsa.
1985 Demonstrasi menyambut PM Inggris Margareth Thatcher.
1986 Demonstrasi menyambut Presiden Francois Mitterand dengan memotong kepala bebek sebagai perlambang agar bangsa Indonesia jangan membebek pada bangsa Barat.
1987 Protes kepada Kedubes Perancis akibat adanya teror kelompok ‘Skinhead’ terhadap mahasiswa Indonesia. Terbentuknya Presidium FKHJ yang dpimpin oleh Hotasi Nababan, Fadjroel Rachman. Terbentuk pula Badan Koordinasi Mahasiswa Bandung sebagai wadah gerakan mahasiswa Bandung.
1988 Mimbar bebas pada hari pahlawan, aksi anti helm, intifadah
1989 Aksi-aksi menentang pembebasan tanah dengan semena-mena di Kacapiring, Cimacan, Kedung Ombo, dan Badega. Longmarch Bandung-Badega oleh mahasiswa ITB untuk menghalangi buldoser yang akan mengeksekusi tanah Badega. Pada tanggal 5 Agustus 1989 terjadi insiden dalam acara Penataran P-4 oleh Mendagri Rudini. Saat itu beberapa mahasiswa akan menangkap Mendagri karena dianggap bertanggung jawab membawahi pemerintah lokal yang berkolusi dengan penguasa. 11 orang ditangkap dan 6 diantaranya dipenjarakan, diantaranya Fadjroel Rachman, Jumhur Hidayat, Enin Supriyanto.
1990 Keluar surat dari Mendikbud Fuad Hasan yang meminta didirikannya SMPT di seluruh Indonesia.
1992 OSKM diadakan kembali atas dasar permintaan Rektorat untuk melakukan penyambutan dan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru angkatan 1992. Terbentuknya Forum Aktivis Lemabaga Mahasiswa yang beranggotakan aktivis mahasiswa se-Jawa Madura dan Bali.
1993 Referendum pembentukan Lembaga Sentral Mahasiswa.
1994 Advokasi terhadap dua fungsionaris HMFT yaitu Yos Alfa dan Melyana (FT’90)
1995 OSKM’95 berlangsung dengan tema ‘Pahlawan dari Rakyat yang tertindas’
20 Januari 1996 Kongres, FKHJ dan BKSK mendeklarasikan berdirinya kembali KM ITB.
Maret 1996 Keluar surat edaran dari PR III yang meminta nama lembaga sentral mahasiswa adalah Senat Mahasiswa ITB, yang ditanggapi dingin oleh mahasiswa. PR III yang baru mengadakan manuver dengan mengadakan registrasi terhadap seluruh organisasi mahasiswa. 5 Himpunan yaitu HIMATEK, GEA, HMT, PATRA, dan HMP disegel karena menolak registrasi. Selain itu karena terjadi kasus Zaki T.L (FI’95) yang meninggal setelah melewati OS di HIMAFI (PPAM) dan mengakibatkan sanksi DO bagi Budi (Ketua PPAM) dan Ridjal (Ketua HIMAFI), OSKM dilarang.
April 1996 Deklarasi kesatuan gerakan mahasiswa Bandung
1996-1997 Berbagai forum diadakan untuk mendirikan lembaga sentral mahasiswa antara lain forum TVST, PILT, dan BPI. Tidak dihasilkan kesepakatan mengenai bentuk organisasi kemahasiswaan. Forum BPI diketuai oleh Haru Suwandharu (BI’93, Ketua HIMABIO ‘Nymphaea’). Dan Forum TVST diketuai oleh Vijaya Vitrayasa (MS’94, Kepala GAMAIS)
1998 FKHJ membentuk Satgas KM ITB untuk Reformasi yang diketuai oleh Depi Rustiadi (TG’94) dan Widdy (PL’95) sebagai Sekjen. Satgas ini berperan penting dalam ‘Deklarasi Ciganjur’ yang menyepakati bahwa kepemimpinan nasional harus segera diganti. Dibentuk juga Tim Beasiswa KM ITB untuk melaksanakan program beasiswa dari, oleh dan untuk mahasiswa. Selain itu Muker 7-10 Juni di Ciwidey menghasilkan Konsepsi dan AD/ART KM ITB. Pemilu dilangsungkan pada bulan Oktober dan Vijaya Vitrayasa (MS’94) keluar sebagai pemenang atas Ahmad Shalahudin (TI’94), Khalid Zabidi (SR’93) dan Heldy (FT’94).
Kepengurusan periode ini juga diwarnai dengan 2 surat pernyataan himpunan ( HMT & HME ) yang yang secara meminta kongres memberikan memorandum kepada Presiden KM ITB karena kinerjanya yang dianggap tidak memuaskan. Komunikasi dengan lembaga2 kemahasiswaan di dalam kampus memang menjadi masalah terbesar yang dihadapi kabinet.
Terlalu lamanya kemahasiswaan ITB tidak dipayungi lembaga terpusat menyebabkan kurangnya rasa butuh terhadap KM ITB apalagi ditambah dengan konsepsi kemahasiswaan terpusat (Konsep KM ITB) yang tidak tersosialisasi dengan baik ke seluruh mahasiswa.
1999 Gerakan Lumbung Kota sebagai bentuk kepedulian mahasiswa akan langkanya barang kebutuhan pokok.
Agustus 1999 Peserta OSKM’99 melakukan aksi SINDU (Studi dan Implementasi Desa Terpadu) di Cipatat.
Oktober 1999 Kontroversi mengenai kinerja Kabinet pertama mengakibatkan Vijay dipercepat jabatannya dan diganti Caretaker. Pemilu kedua diadakan dan menghasilkan pemenang Sigit Adi Prasetyo (IF’95) mengalahkan Nurul Wajah Mujahid (KL’95), Zaid Perdana (TL’96), Dedi Apriadi (GL’97) dan Iqbal Alfajri (DS’96) Puncaknya adalah pernyataan bersama 15 himpunan pada saat pelantikan presiden KM ITB yang kedua ( November 99) yang isinya adalah memberikan memorandum kepada kabinet untuk memperbaiki kinerjanya.
Februari 2000 Pertama kali diadakannya Olimpiade KM ITB dimana HMT keluar sebagai juara umum. Sempat terjadi insiden pembakaran jas almamater akibat adanya sponsor rokok ‘A Mild’ yang dianggap telah menjual kemahasiswaan ITB.
Agustus 2000 OSKM kali ini adalah OSKM dengan peserta terkecil jumlahnya (400an peserta) akibat ilegal.
Oktober 2000 Akibat terlalu larutnya Kongres dalam membahas amandemen AD/ART, panitia pelaksana Pemilu 2000 terbentuk 2 Minggu sebelum tanggal turunnya Presiden Sigit. Panpel yang dipimpin Safari (TK’97) terus mengulur-ulur waktu. 6 kandidat antara lain Zaid Perdana (TL’96), Andri Dwi Setiawan (PN’96) Muhammad Iqbal (GL’96), Muhammad Lutfi (TI96), Dedi Apriadi (GL’97) batal mengikuti pemilu. Akhirnya bulan November 2000, Kongres mengeluarkan ketetapan perpanjangan jabatan Presiden selama 6 bulan sampai Maret 2001.
Januari 2001 KM ITB menggulirkan isu Buloggate dan Bruneigate untuk menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid. Sementara itu FKHJ mulai menggulirkan isu penggulingan Presiden Sigit.
10 Maret 2001 Dimotori oleh IMG, HIMAFI, PSIK, Veritas dan Komunitas Ganesha 10, FKHJ melakukan pendudukan terhadap Sekretariat KM ITB. FKHJ menyatakan penonaktifan Kongres dan Kabinet KM ITB serta mengambil kekuasaan legislatif dan eksekutif. Selain itu FKHJ juga membentuk tiga Badan Pekerja yaitu Panitia Pemilu untuk mengadakan pemilu legislatif secepatnya, Panitia OSKM 2001, dan Panitia Muker untuk mengamandemen AD/ART. Pemilu legislatif berhasil memilih senator berbasis massa himpunan, Kongres kali ini dipimpin oleh Dedi Suryadi (PL’97). Karena dimulainya era otonomi kampus, Kongres memutuskan mengirimkan Anggota MWA wakil mahasiswa Rian Ramadian Nugraha (IF’97).
Agustus 2001 OSKM kali ini dipimpin Dinar Maulana (IMG’98). Sebelumnya sempat terjadi insiden pemukulan terhadap pihak yang mendiskreditkan salah seorang petinggi OSKM.
Oktober 2001 Pemilu kali ini tercatat dalam sejarah KM ITB sebagai Pemilu dengan kandidat terbanyak (7 orang). Akbar Hanif Dawam Abdullah (PN’98) terpilih sebagai Presiden mengalahkan Dedi Apriadi (GL’97), Armenda (SI’97), Adiq Ahmadi (MT’97), Roy Baroes (GM’97), Edison Situmorang (EL’97), sedangkan Khairul Anshar (FI’98) mengundurkan diri sebelum pemungutan suara.
Desember 2001 Pertemuan BEM se-Bandung Raya di kampus ITB.
Maret 2002 Alga Indria (DS’98) menjadi pemenang pemilu KM ITB mengalahkan Abdi Robbi Sembada (SI’98), Dwi Lesmana (PL’99), M. Hanif (TI’98), dan Andy Hartono (TK’98).
Agustus 2002 Setelah sekian lama, akhirnya OSKM dinyatakan legal oleh rektorat, acara Swasta ditiadakan, dan metode kekerasan diganti dengan metode disiplin. OSKM kali ini diketuai oleh Ahmad Mukhlis Firdaus (HMS’99). Selain itu pertama kali dalam sejarah KM ITB diadakan acara Open House Unit yang bertujuan membuka rekrutmen terbuka untuk Unit Kegiatan Mahasiswa.
1-2 Februari 2003 Pertemuan BEM Nasional di ITB
Maret 2003 Ahmad Mustofa (TK’99) menjadi Presiden kelima mengalahkan Saifullah (SI’99), dan Hendro (TA’99). Sementara itu Adi Nugroho (FI’99) mengundurkan diri sebelum pemungutan suara. Pemilu Anggota MWA Wakil Mahasiswa menghasilkan Fantri Azhari (MS’99) sebagai pemenang.
Mei 2003 Aksi longmarch Bandung-Jakarta untuk memperingati 5 tahun reformasi.
Juni 2003 Aksi penolakan USM-PMBP yang dianggap sebagai jalan komersialisasi kampus. Saat itu terbentang spanduk ‘Selamat Datang Putra-Putri Termahal Bangsa’ untuk menyambut calon mahasiswa baru 2003. Isu ini sempat menjadi isu nasional bersama PT BHMN lain.
Juli 2003 Aksi 1500 massa BEM Bandung Raya menuntut turunnya Mega-Hamzah. Peluncuran “Selamatkan Indonesia” oleh KM ITB.
Agustus 2003 OSKM diketuai oleh Anwar Rustanto (HMM’00). Pada acara penutupan terjadi kericuhan antara panitia dengan swasta akibat insiden mengenai lagu kampus.
Desember 2003 pembentukan Satuan Tugas Penyikapan Pemilu RI 2004 yang diketuai oleh Otep Kurnia (MA’99).
Februari 2004 ITB Fair diadakan pertama kalinya di kampus ITB dengan tujuan memasyarakatkan teknologi. Aksi menolak Dialog Calon Presiden oleh PSIK yang mengundang Prabowo Subianto. Aksi ini dilakukan Kabinet bersama HMD.
Program Desa Binaan sebagai bentuk Pengabdian Masyarakat KM ITB
Maret 2004 Pemilu KM ITB tercatat sebagai Pemilu dengan kandidat tersedikit yaitu Anas Hanafiah (EL’00) dan Oskar Pariang Pakpahan (GM’00). Sempat terjadi kericuhan akibat hilangnya dua kotak suara. Anas memenangkan pemilu dan menjadi Presiden keenam.
April 2004 Aksi pembakaran ban oleh Kabinet bersama Satgas Pemilu KM ITB akibat pengambilalihan acara ‘Kupas Tuntas’ Capres RI Amien Rais oleh Rektorat. Kabinet juga mengadakan aksi menolak kedatangan Siswono Yudohusodo karena dianggap sebagai bagian dari rezim Orde Baru.
Juli 2004 Aksi menolak hasil Pemilu 2004 akibat banyaknya indikasi kecurangan-kecurangan dalam pemilu. Bersamaan dengan aksi tersebut, Student Center diratakan dengan tanah untuk diganti dengan Campus Center.
Agustus 2004 OSKM kali ini diketuai Goris Mustaqim (SI’01). Pada saat acara OHU, beberapa mahasiswa melakukan aksi pembakaran Jas Almamater dan bendera KM ITB sebagai bentuk keprihatinan terhadap matinya dunia kemahasiswaan. Aksi ini ternyata berbuntut panjang sehingga disepakati akan membentuk Forum Rembug Mahasiwa. Forum ini menyepakati bahwa Kabinet dan Kongres harus memperbaiki kinerjanya, adanya kaderisasi berjenjang, dan Himpunan akan mengirim senator.
September 2004 Terdapat beberapa selebaran yang bertuliskan mengenai permohonan maaf seseorang yang dianggap melakukan penghinaan agama. Pada bulan ini juga muncul insiden Class Aksutik ‘A Mild’ yang menghadirkan Marcell dan Dygta. KM ITB menyatakan menolak acara tersebut selain tidak jelas manfaatnya bagi mahasiswa, acara ini juga menggunakan sponsor rokok.
Oktober 2004 KM ITB menginisiasi sebuah acara besar bertajuk ‘Gema Nusa’ (Gerakan Membangun Nurani Bangsa) di lapangan silang Monas dengan menghadirkan Presiden RI terpilih Susilo Bambang Yudhoyono.
10 Desember 2004 Kedatangan Dr. Anwar Ibrahim untuk mengisi seminar “Perkembangan Demokratisasi Di Asia” disambut hangat mahasiswa ITB.
31 Desember 2004 Aksi peduli bencana tsunami Aceh bersama BEM Unpad. Aksi ini diadakan saat pergantian tahun 2004 ke 2005
Januari 2005 Pengiriman relawan ke Aceh.
Februari 2005 Aksi penolakan kenaikan BBM, KM ITB mengadakan aksi dengan motor sampai ke Lapangan Tegallega. Penolakan kenaikan harga BBM ini juga diikuti oleh aksi mogok makan oleh Sandra, Wira, Agus, dan Ramses di gerbang Selatan ITB.
Terlaksananya OS Gabungan yang diketuai Fitrah Dinata (SI’02)
Maret 2005 Olimpiade ke-III KM ITB dimenangkan oleh IMG.
April 2005 Muhammad Syaiful Anam (EL’01) terpilih sebagai Presiden ketujuh. Pemilu kali ini sebenarnya diikuti tiga kandidat yaitu Anam, Wiyono (TA’01) dan Ramses (TG’01) namun Ramses didiskualifikasi oleh Panitia.
21 Mei 2005 Launching gerakan ‘Kampus Cerdas’ untuk mengurangi budaya mencontek di mahasiswa ITB.
Juni 2005 Fitrah Dinata terpilih sebagai Ketua OSKM 2005. Rektorat menolak nama OSKM dan mengganti dengan nama PSAK (Pengenalan Satuan Akademik dan Kemahasiswaan).
17 Agustus 2005 tepat pada saat peringatan 60 tahun Indonesia Merdeka, KM ITB mengadakan aksi keprihatinan mengenai tingginya jumlah mahasiwa yang di-DO setiap awal tahun akademik. Hal ini menunjukkan belum beresnya sistem pendidikan di ITB.
September 2005 Keluar surat edaran Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan mengenai pelarangan kaderisasi bagi 2005 yang disikapi beragam oleh himpunan-himpunan. Saat itu juga KM ITB menggulirkan isu tolak kenaikan BBM yang rencananya dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2005.
1 Januari 2006 ART ITB disahkan oleh MWA. Poin kontroversial dalam ART ini adalah adanya pengaturan mengenai struktur baru kemahasiswaan sebagai implikasi perubahan sistem di ITB. KM ITB mengeluarkan surat menyatakan menolak implementasi ART ITB yang merugikan mahasiswa.
Februari 2006 Program Keroyok Kampus oleh Presiden Anam, saat itu kampus ITB diramaikan oleh acara-acara KM seperti Bedah Buku ‘Confessions of an Economic Hitman’, Pekan Baca Tulis, SIMS, ITB Fair, Pesta Rakyat, dll.
Maret 2006 Pemilu kali ini diikuti oleh enam kandidat yaitu Dwi Arianto Nugroho (TK’02), Andi M. Adiwiarta (GM’02), Syahfitri (KI’02), Hendrajaya (IF’02), Indira (IL’02), dan Kisko (FI’03). Sempat terjadi kericuhan karena adanya kesalahan teknis Panpel dan kandidat menganggap panitia tidak konsisten dalam menerapkan aturan pemilu. Semua kandidat mengundurkan diri kecuali Dwi dan Syahfitri. Hampir semua Himpunan menyatakan pemilu gagal. Pemilu akhirnya diulang dan diikuti oleh Dwi, Syahfitri, Andi, dan Jaya, serta calon baru M. Luthfi (FT’03).
April 2006 Dwi Arianto Nugroho memenangkan pemilu dan menjadi Presiden kedelapan.
Mei 2006 KM ITB menginisiasi gerakan peduli sampah Kota Bandung. Di akhir bulan juga KM ITB mengirim tim relawan bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Juni 2006 Zam Zam Badruzaman (HIMAFI’03) terpilih sebagai Ketua OSKM 2006
20-21 Agustus 2006 Kontroversi soal legalitas OSKM 2006 berakhir dengan terlaksananya OSKM 2006 hanya dalam dua hari. Peserta OSKM 2006 adalah peserta dengan jumlah terkecil sepanjang sejarah, 136 orang. OSKM kemudian ditutup dengan aksi masuk kampus dengan peserta ratusan mahasiswa ITB.
November 2006 Seminar Nasional yang diisi oleh Presiden RI ke-3 BJ Habibie menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat Bandung
Januari 2007 Rangkaian Seminar dan Workshop “Sekantor” atau Sekolah Anti Korupsi diakhiri dengan perayaan ulang tahun KM ITB.
Februari 2007 Olimpiade ke-IV menghasilkan MTI sebagai juara umum.
Maret 2007 Pemilu KM ke-8 menghasilkan Zulkaida Akbar (FI’03) sebagai Presiden, mengalahkan Army Alghifari (MS’04).
7 April 2007 Kedatangan Wapres Jusuf Kalla yang mengakibatkan tertutupnya kampus untuk mahasiswa dan dosen.
Juni 2007 Kasus kecelakaan motor pasca syukuran Kaderisasi KMSR 2006 mengakibatkan turunnya surat ancaman skorsing bagi Presiden KMSR, Ketua Kaderisasi, dan Ketua Angkatan 2006. Selain itu juga ada ancaman pembekuan KMSR. Kabinet bersama himpunan-himpunan memutuskan untuk menolak sanksi tersebut dan melakukan aksi massa di gedung Rektorat.
Agustus-September 2007 Rangkaian acara Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) 2007 yang diketuai Agung Thaufika (HIMATIKA’04) sukses dalam melakukan pengenalan kehidupan kampus kepada mahasiswa baru 2007.
16 November 2007 Aksi penolakan terhadap alumni yang dianggap mencoreng nama almamater oleh Gabungan Aksi Mahasiswa (GAM) ITB yang sesuai dengan momentum Kongres Ikatan Alumni ITB dan terseretnya nama Laksamana Sukardi, Ketua Umum IA Pusat sebagai tersangka kasus korupsi di Pertamina.
They’ve made their history, now it’s time to us to make our history!
Inilah Pimpinan-Pimpinan Mahasiswa ITB
Era Dewan Mahasiswa ITB
  • 1960-1962 Piet Corputty
  • 1962-1963 Udaya Hadibroto
  • 1963-1965 Muslimin Nasution
  • 1965-1967 Rahmat Witoelar
  • 1967-1968 Purwoto Handoko
  • 1968-1969 Sarwono Kusumaatmadja
  • 1969-1970 Wimar Witoelar
  • 1970-1971 Syarif Tando
  • 1971-1972 Sjahrul
  • 1972-1973 Tri Herwanto
  • 1973-1974 Muslim Tampubolon
  • 1974-1975 Prasetyo Sunaryo
  • 1975-1976 Daryatmo, Ivan Isaq, Muhammad Najib, Khairullah Harun
  • 1976-September 1977 Kemal Taruc (dijatuhkan MPM)
  • September-November 1997 Caretaker Presidium: Al Hilal Hamdi, Muhammad Iqbal, Sukmadji Indro Tjahyono, Ramles Manampang Silalahi
  • 1977-1978 Heri Akhmadi
  • Desember 1978-Maret 1979 Caretaker Presidium: Faletehan Siregar, Herdi Waluyo, Indra Cahya, Jusman Syafii Djamal, Mathias Thoib, Sugeng Setiadi
  • 1979-1980 Aussie Gautama
  • 1980-1981 Iwan Basri
  • 1981-1982 Agus Suroto (sekaligus Ketua MPM ITB)
  • Era Forum Ketua Himpunan Jurusan ITB
  • 1982 Hendardi, Umar Juoro
  • 1986 Syahganda, Ucok Lubis
  • 1987 Hotasi Nababan, Fadjroel Rachman, Amarsah, Theodorus Ondos Koekeritz, Didi Yakob
  • 1988-1989 Yaya, Bambang
  • Era Keluarga Mahasiswa ITB
  • 1996-1998 Hafiz (SC Pendirian KM), Yan Ardiansyah (Ketua Kongres)
  • 1998-1999 Vijaya Vitrayasa
  • 1999-Maret 2001 Sigit Adi Prasetyo
  • Oktober 2001-Maret 2002 Akbar Hanif Dawam Abdullah
  • 2002-2003 Alga Indria
  • 2003-2004 Ahmad Mustofa
  • 2004-2005 Anas Hanafiah
  • 2005-2006 Muhammad Syaiful Anam
  • 2006-2007 Dwi Arianto Nugroho
  • 2007-2008 Zulkaida Akbar
KABINET KM-ITB 2013/2014




Tidak ada komentar:

Posting Komentar